Kiamat Dalam Tinjauan Sains




Kiamat Dalam Tinjauan Sains



Kiamat itu suatu keniscayaan. Suatu masa yang pasti datang dan tidak dapat diketahui kapan waktu terjadinya. Sebagai hamba-Nya, kita patut meyakini dan mengimaninya. Kalau dicermati, tidak ada satu ayat Allah Swt. pun yang melarang kita memperbincangkan bakal terjadinya kiamat, selama tujuannya adalah semata-mata untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya.
Begitu pula dalam menyikapi isu kiamat yang menggemparkan masyarakat dunia dengan beredarnya film 2012 akhir tahun lalu. Bila diamati dengan saksama, film itu tak ubahnya hanya tayangan yang menina-bobokan kita dengan adegan yang penuh rekayasa. Konon, film itu dikaitkan dengan kepercayaan hitungan kalendar suku Maya dan fenomena angkasa yang tidak ada dasar sainsnya.

Hal ini diamini oleh Dr. Thomas Djalaluddin, seorang pakar antariksa yang banyak melakukan penelitian ilmiah mengenai bumi dan plenet-planet di angkasa. Dalam sains sendiri, isu tentang kiamat 2012 itu tidak punya dasar ilmiah. “Perlu saya lakukan klarifikasi dua sisi. Pertama adalah isu 2012 dan kedua adalah cara pandang sains tentang kiamat atau kehancuran alam semesta. Kiamat dalam pandangan agama berarti hari kebangkitan, tapi dalam terminologi awam juga disebut sebagai kehancuran,” jelasnya.

21 Desember 2012 yang disebut-sebut sebagai kiamat yang konon didasarkan pada tafsiran sistem kalender suku Maya. Menurut Thomas yang merupakan peneliti utama Astronomi dan Astrofisika, “Pemuka suku Maya sendiri membantah. Akhir kalender itu dipahami bukan berarti akhir alam semesta tapi dimulainya lagi satu era baru sistem kalender tersebut. Hal ini kadung menggemparkan karena terlanjur berkembang di masyarakat internasional dan dikaitkan dengan interpretasi seolah-olah sains. Padahal, itu semua tidak lebih dari sains semu yang tidak punya dasar.”

Dikaitkan dengan adanya planet yang akan menubruk bumi yang menimbulkan bencana bagi bumi yang disebut planet nibiru, Thomas menjelaskan, “Secara astronomi tidak ada nama planet itu. Sudah tidak relevan lagi bila puncak aktifitas matahari dikait-kaitkan dengan 2012. Badai matahari pun sebenarnya bukan fenomena yang aneh. Ini fenomena rutin yang sering terjadi.”

Maka berlebihan bila isu 2012 dikaitkan dengan fenomena badai matahari dengan kehancuran di bumi. Badai matahari tidak sedahsyat yang digambarkan dalam tayangan film yang penuh dengan rekayasa itu.

Lalu apa badai matahari itu? Ia menjelaskan, badai matahari itu seperti ledakan di matahari yang sangat besar menurut skala bumi, tapi wajar menurut skala matahari. Pada saat terjadi ledakan di matahari, terdapat lontaran partikel-partikel berenergi tinggi. Partikel-partikel ini bisa berpengaruh pada satelit yang mengorbit di bumi sehingga bila operatornya tidak mengantisipasi, kemungkinan akan terjadi gangguan pada satelit tersebut. Kerusakan yang dimaksud adalah kerusakan pada instrumen yang peka.

“Tidak ada dampak yang mematikan atau merusak yang mengakibatkan kehancuran yang parah di bumi terkait dengan itu. Ada isu lagi yang mengatakan bahwa pada tahun 2012 ada konfigurasi khusus tata surya sehingga menyebabkan potensi bencana di bumi. Ini pun secara astronomi tidak ada. Tidak ada konfigurasi tata surya yang menyebabkan bencana atau konfigurasi tata surya dan pusat galaksi,” tegas Thomas.

Isu kekhawatiran tentang kiamat atau kehancuran bumi itu pada dasarnya tidak punya dasar ilmiah, baik dari sudut pandang astronomi maupun dari sudut pandang sains lain. Bila ada orang mengatakan nanti ada tumbukan besar, ada asteroid besar, ada komet besar yang akan menabrak bumi, menurut Thomas, perkiraan itu pun tidak punya dasar astronomi. “Sampai saat ini tidak ada objek yang diperkirakan akan menubruk bumi. Kalau pun ada penelitian tentang benturan oleh objek-objek di sekitar bumi itu, hal itu tidak dalam waktu dekat dan ketidakpastiannya cukup besar, sehingga belum bisa dipastikan kapan akan menabrak bumi. Boleh jadi betul akan menabrak dan boleh jadi juga hanya sekedar melintas di dekat bumi saja,” jelasnya.

Menurutnya, bila pertanyaanya terkait dengan kemungkinan kehancuran bumi atau kiamat ditinjau dari segi sains, itu adalah suatu keniscayaan. “Kehancuran bumi adalah suatu keniscayaan dan bumi pun pernah mengalami suatu masa dan itu dapat dikatakan sebagai bencana besar. Dalam pemahaman manusia bolehlah itu bisa dikatakan sebagai kiamat. Pertama mungkin dari skala kecil dulu. Kiamat dalam skala kecil dikatakan dengan kehancuran bumi. Sumber dari skala kecil ini adalah kesalahan manusia dan sifatnya gradual. Hal ini pada dasarnya bisa diantisipasi,” kata Thomas.

Diungkapkan lebih jelas, fenomena sekarang dengan banyaknya bencana meteorologis karena cuaca atau karena iklim yang ekstrim diindikasikan karena ulah manusia itu sendiri. Dalam bahasa sainsnya disebut antropogenik. Berasal dari aktifitas manusia yang mengakibatkan bumi semakin panas yang dipicu oleh peningkatan gas-gas rumah kaca. “Gas-gas ini memberikan efek rumah kaca yaitu terutama karbondioksida dari aktifitas manusia baik itu aktifitas industri, transportasi maupun aktifitas pembakaran atau kebakaran hutan dan lahan. Jadi, efek rumah kaca itu ibaratnya seperti sasana dalam rumah kaca, sinar matahari itu bisa masuk memanasi di dalam tapi panasnya itu terperangkap tidak bisa keluar. Dan itu menyebabkan bumi semakin lama semakin panas”.

Dengan semakin panasnya bumi, dampak ikutannya semakin banyak. Salah satunya adalah terjadi perubahan iklim. Apabila terjadi perubahan iklim maka curah hujan di suatu wilayah akan menjadi tidak normal. Ada wilayah yang curah hujannya akan semakin banyak dan potensi banjir dan ada wilayah yang curah hujannya semakin sedikit sehingga berpotensi kekeringan. “Akibat lainnya adalah terjadinya iklim ekstrim dengan frekuensi lebih sering. Kalau dulu musim kering dan musim basah terjadi di Indonesia secara bergantian dan waktunya seimbang, maka dalam kondisi ekstrim musim keringnya akan lebih panjang atau musim basahnya akan lebih banyak hujan,” jelasnya.

Memaknai Al-Quran yang menerangkan bahwa nanti matahari dan bulan dipersatukan, Thomas menerangkan, “Dalam konteks sains, bulan dan matahari bukan dipersatukan seperti gerhana, tapi dipersatukan karena matahari itu menjadi raksasa merah dan menelan planet-planet yang terdekat, karena matahari itu kan bola gas. Jadi ketika matahari menjadi bintang raksasa merah, pada akhir evolusi bintang tersebut, matahari akan menelan merkurius, venus, dan mungkin juga bumi. Dan pada saat itulah bumi sudah tidak layak lagi bagi tempat hidup manusia.”

Karenanya, tidak ada fenomena yang perlu dikhawatirkan, baik itu tumbukan besar yang akan menghancurkan atau matahari yang akan menghancurkan bumi. Kalaupun kita khawatir dengan gempa, hal itu memang sesuatu yang biasa. Pada dasarnya, gempa merupakan cara alam untuk menyeimbangkan diri,” lanjutnya.

Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim ini meyakini bahwa Al-Quran adalah wahyu Allah yang kebenarannya mutlak, tidak akan cacat atau pun keliru. Tetapi banyak ayat-ayat dalam Al-Quran tidak secara eksplsit menyebutkan sesuatu yang Esa, kemudian para mufasir-lah yang menafsirkannya.

Jadi, menurut Thomas, sains itu kebenarannya relatif. Suatu ilmu pengetahuan itu akan terus berubah dan berkembang seiring dengan bukti-bukti baru yang ditemukan. “Jadi ketika mufasir menggunakan sains untuk menafsirkan Al-Quran, penafsirannya relatif, berlaku pada zaman itu dan itu difungsikan untuk memahami Al-Quran bukan bersifat membuktikan Al-Quran. Sudah jelas bahwa Al-Quran menerangkan bahwa pengetahuan manusia itu sedikit.
Dengan ilmu yang sedikit itu, manusia berusaha memahami Al-Quran, termasuk segala makna yang terkandung dalam setiap keterangan-Nya. Bisa saja sekian puluh tahun atau sekian ratus tahun yang akan datang, dengan penemuan ilmu pengetahuan yang baru, penafsirannya bisa berbeda. Jadi, fungsi sains itu hanya menjelaskan dan kemampuan manusia dalam ilmu pengetahuan itu terbatas tetapi terus berkembang,” pungkasnya. [Ahmad] 


Sumber : http://www.percikaniman.org/category/artikel-islam/kiamat-dalam-tinjauan-sains
Share on Google Plus

About Bhaswara Ananta

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar