ilmuwan muslim pertama peraih nobel

“Abdus Salam adalah seorang professor dari Pakistan yang merupakan Ilmuwan muslim pertama peraih Nobel. Abdus Salam lahir pada tanggal 29 Januari 1926 di Pakistan, Beliau meraih gelah Doctor of Phylosophy (Ph.D) dalam bidang fisika teori dari Universitas Cambrige, Inggris pada usia 26 tahun. Dua tahun sebelumnya Beliau memenangkan Smiith’s Prize karena beberapa karya ilmiahnya dianggap memeiliki nilai tinggi. Sejak tahun 1957-1982, Abdus Salam telah menerima gelar Doctor of Science Honoris Causa dari delapan belas universitas yang berada di berbagai Negara. Sejak tahun 1957, Abdus Salam bekerja sebagai Guru fisika teori di universitas London. Pada tahun 1964 Beliau menjabat sebagai direktur Internastional Centre for Theoritical Physics di Trieste”.
Sejak dulu para fisikawan telah mengetahui bahwa ada empat macam gaya yang fundamental di jagat raya yang jangkauan kerja dan kekuatannya berbeda satu sama lain.
Pertama, gaya terlemah dengan jangkauan kerja yang sangat jauh, yaitu gaya gravitasional. Gaya ini mengatur keselarasan gerak system tata surya,bintang-bintang, galaksi-galaksi dan kosmos.
Kedua, gaya yang jauh lebih kuat dari gaya gravitasional yaitu elektromagnetik . Gaya yang mempunyai jangkauan kerja yang cukuppendek ini mengatur keselarasan gerak dalam gugusan molekul dan atom.
Ketiga, gaya nuklir kuat atau gaya inti yang mengikat proton dan neutron dalam atom.
Keempat, gaya nuklir lemah yang menjamin keselaran gerak-ion-ion penyusun inti atom dan kemampatan ion itu sendiri.
Berhubungan dengan hal tersebut, Abdus Salam melakukan sebuah penelitian yang hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang prinsipil antara gaya nuklir dan listrik. Sebenarnya, bentuk energy nuklir lemah identik dengan bentuk energy elektromagnetik, unifikasi keduanya mengasilkan teori terpadu, yakni teori medan elektro lemah terpadu (unified electroweak field theory). Pada energy rendah gaya elektromagnetik dan gaya nuklir lemah merupak dua gaya yang terpisah, tetapi pada energy tinggi yakni pada energy di atas 100 GeV keduanya merupakan satu gaya. Keberhasilan ini mendorong unifikasi lebih lanjut yakni unifikasi antara elektro lemah dan interaksi (nuklir )kuat dan menghasilkan teori Kemanunggalan Agung (Grand Unified Theory) dengan tingkat energi terjadinya unifikasi adalah 10 pangkat 16 GeV, sampai saat ini gaya gravitasi belum berhasil dipadukan dengan ketiga gaya elektromagnetik, nuklir lemah dan nuklir kuat.Pada tahun 1973, kebenaran teori Abdus Salam didukung oleh para Peneliti dari Laboratorium Riset Nuklir Eropa (CERN), Jenewa yang menemukan adanya interaksi arus netral, yang merupakan bagian pokok dari prediksi teori Abdus Salam (Teori Medan Terpadu). Sebenarnya, teori ini sudah dikenal sejak tahun 1960-an.Sementara itu, teori elektromagnetik antarpartikel telah ada sejak tahun 1940-an. Pada tahun 1978, para peneliti dari Pusat Akselator Linier Stanford, Amerika Serikat, melakukan sejumlah penelitian tentang gaya elektromagnetik dan nuklir. Hasilnya, mereka sependapat dengan teori Abdus Salam.
Sesungguhnya, teori yang dikemukakan oleh Abdus Salam adalah sejenis teori inti yang menjelaskan penyatuan gaya elektromagnetik dan gaya nuklir lemah dengan perbandingan 1:4000. Beberapa waktu kemudian sejumlah penelitian dilakukan oleh para fisikawan di laboratorium Amerika Serikat, Uni soviet dan Eropa, dan hasilnya membenarkan teori Abdus Salam secara eksperimental. Rentetan penelitian dan pembenaran tersebut membuktikan bahwa Abdus Salam adalah bagian dari reli yang sangat panjang untuk menemukan bagaimana cara menyatukan gaya gravitasi dan gaya elektronuklir.
Penghargaan Nobelpun diterima Abdus Salam yang merupakan bukti kepandaian dan keahlian seorang muslim di bidang sains.
Gagasan unifikasi interaksi elektromagnetik dan interaksi gravitasi ini menjadi impian Einstein’s serta perburuan ahli fisika teori dunia. Para ahli fisika pada umumnya digerakkan oleh impian Einstein tersebut bahwa gaya-gaya yang terpisah pada wilayah energy rendah sesungguhnya merupakan satu gaya terpadu pada tingkat energy tertentu, ini diinspirasi dengan fakta empiris tentang elektromagnetik Maxwell yang menyatukan listrik dan magnet yang pada mulanya merupakan fenomena terpisah.
Hal ini sangat berbeda dengan motivasi Abdus Salam, walaupun punya keyakinan yang sama dengan Einstein, tetapi Abdus Salam tidak menyandarkan pada fakta empiris , tetapi pada basis keyakinan keimanannya yakni tauhid. Prinsip tauhid menyatakan bahwa segala sesuatu termasuk keempat gaya di alam semesta berasal dan merupakan manifestasi dari yang satu yaitu Allah SWT.


Sumber : https://kaisnet.wordpress.com/2010/11/06/ilmuwan-muslim-pertama-peraih%C2%A0nobel/
Share on Google Plus

About Bhaswara Ananta

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar