Al-Qur’an bukan hanya menekankan pada belajar membaca, dan menulis
tetapi juga mendorong manusia untuk menghilangkan berbagai pandangan
yang memitiskan alam. Bahkan memerintahkan menusia untuk menyelidiki
rahasia-rahasia alam juga sebagai landasan dan petunjuk hidup manusia.
Dalam hal ini peran islam melalui Al-Qur’an terhadap perkembangan sains
sangatlah besar.
Professor Alessandro Bausani dalam bukunya “ISLAM AS WESENTIAL PART
OF WESTERN CULTURE” mengatakan “ sikap islam terhadap realitas fisik
alam serta nilai etikanya, pengetahuan eksperimental tidak mungkin
lahir tanpa terlebih dahulu menghilangkan pemitosan alam dam monotisme
dalam bentuknya yang paling murni merupakan absolute bagi kelahirannya”.
Selanjutnya Briffault dalam bukunya “making of humanity” mengatakan :
“ penyelidikan , akumulasi pengetahuan positif, kaidah sains dan
pengamatan berkepanjangan semuanya asing bagi kebiasaan Yunani, ini
semua diperkenalkan di Eropa oleh orang Arab dengan Al-Qur’annya.
Sedangkan Rom Landau dalam bukunya “ THE ARAB HERITAGE OF WESTERN
CIVILIZATION “ mengatakan dan telah menunjukkan betapa besar hutang
eropa kepada penemuan dan pemikiran kaum muslimin, menurutnya “ Telah
menjadi kebiasaan orang mengatakan bahwa agama merupakan penghambat
kemajuan dan perkembangan sains . Keberhasilan orang Arab
memperlihatkan tidakdemikian halnya. Apa yang sering menghambat kemajuan
Ilmu Pengetahuan di barat bukanlah agama, tetapi adalah penafsiran
sempit dan dokmatis mengenai kebenaran agama oleh penguasa gereja yang
konservatif, dengan menghukum Galileo, seorang filosuf terkenal , serta
pembakaran hidup-hidup sebagai misal. Kebanyakan penemuan matematika
orang Arab diperoleh bukan tanpa agama tetapi justru karena agama.
Demikian pula agama adalah pendorong ilmuwan Arab untuk tidak membatasi
diri pada suatu bidang saja,tetapi universalitas.
Islam melalui Al-Qur’an telah memotivasi seluruh umat islam untuk
berfikir dan merenungkan alam semesta ini untuk mengenal kebesaran
Tuhan,sebagaimana tersebut dalam Surat Al-Baqarah ayat 164 yang artinya “Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi,silih bergantinya siang dan malam,
bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan
apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati (keringnya) dan Dia sebarkan di bumi itu
segala jenis hewan,dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi, sesungguhnya terdapat tanda-tanda (ke-Esaan dan
Kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”.
Disamping ayat-ayat diatas masih banyak lagi perintah Tuhan untuk
merenungkan alam semesta ini, sehingga lahirlah ilmuwan-imuwan muslim
saat itu yang telah meletakan dasar-dasar perkembangan sains saat ini.
Beberapa Ilmuwan muslim yang telah menyumbangkan pemikiran dan
penemuannya dalam perkembangan sains diantaranya (dalam bidang astronami
saja) adalah :
1. Al-Farghani
Hasilpenelitian Al-Farghani di bidang astronomi ditulisnya dalam
berbagai buku diantaranya HARAKAT AS-SAMAWIYAH WA JAWAMI ILM AN-NUJUM
(Asas-Asas Ilmu Bintang) adalah salah satu karya utamanya yang berisi
kajian bintang-bintang yang sangat berpengaruh bagi perkembangan
astronomi di Eropa. Walaupun dalam bukunya Beliau mengadopsi sejumlah
teori Ptolomaeus tetapi ia mengembangkannya lebih lanjut hingga
membentuk teorinya sendiri. Karena sangat pentingnya karya bagi
orang-orang Eropa maka karya tersebut banyak diterjemahkan kedalam
bahasa inggris dan judulnyapun berubah menjadi “The element of
Astronomi”. Pada tahun 1135 buku ini diterjemahkan dalam bahasa latin
oleh John Seville dan kemudian direvisi oleh Regiomontanus pada tahun
1460.
2. Al-Battani
Hasil penemuan Albattani yang penting bagi dunia adalah penemuan tentang
waktu revolusi bumi terhadap matahari yaitu 365 hari, 5 jam, 46 menit
dan 24 detik. Angka ini mendekati angka yang dihasilkan dari penelitian
modern dengan menggunakan alat yang lebih akurat. Penemuan lain yang
takkalah mengagumkannya adalah penemuan garis bujur terjauh matahari
mengalami peningkatan sebesar 16,47 derajat sejak perhitungan yang
dilakukan Ptolomeaus beberapa abad sebelumnya. Ia dianggap Guru bagi
orang-orang Eropa karena banyakmemperkenalkan terminology astronomi yang
berasal dari bahas Arab, seperti Azimuth, Zenith dan nadir.
3. Jabir Bin Aflah
Jabir pernah menulis buku yang mengoreksi tentang kesalaha teori
Ptolomeaus yang berjudulKitab Al-Hay’a (The Book of Astronomi),selain
itu Kitab ini juga berisi tentang Trigonometri, pada bagian Trigonometri
Sferis,Jabir menggunakan Rule of The Four Magnetudes atau Aturan Empat
Besaran sebagai landasan untuk turunan rumusnya. Beliau juga menambahkan
satu rumus utama untuk menghitung sudut segi tiga yaitu Cos A = Cos a
Sin B. Fungsi trigonometri (sinus cosinus) ia perkenalkan juga pada
Geometri Bidang. Karya Jabir telah diterjemahkan dalam bahasa Latin oleh
Gerard dari Cremona, sebelum kemudian diterbitka oleh Fetrus Apianus
di Nuremberg,Jerman tahun 1534.
4. Ibnu Yunus
Ibnu Yunus adalah penemu bandu (ayunan) yang berguna untuk mengetahui
detik-detik waktu ketika seseorang sedang meneropong benda-benda
angkasa. Karya Ibnu Yunus ini telah dikenal eman abad sebelum Galileo
Galilei menemukan pendulum (1564-1642).Ibnu Yunus juga menemukan Rubu
Berlubang (Gunners Quadrant) sebuah alat untuk mengukur gerak bintang.
Ibnu Yunus juga menulis buku dengan judul “ Az-Zij Al-Kabir Al-Hakim
atau Zij Ibnu Yunus” yang kini lebih dikenaldengan nama “Hakemite
Astronomical Table”. Dikemudian hari buku ini diterjemahkan kedalam
berbagai bahasa dan diterbitkan di sejumlah Negara. Oleh Umar Khayyam
buku ini dibawanya ke Persia, Nashiruddin Thusi sang ahli astronomi
membanwanya ke Mongol, Pada tahun 1280 Co Cheon King membawa buku ini ke
daratan China.
Disamping empat Ilmuwan muslim di atas masih banyak lagi Ilmuwan-Ilmuwan
Muslim lainya yang menyumbangkan karyanya dalam perkembangan Ilmu
Pengetahuan (sains), ilmu yang berkembang sekarang tidak lain adalah
pengembangan dari dasar-dasar keilmuwan yang sebelumnya telah diletakkan
oleh ilmuwan-ilmuwan muslim.
Perkembangan sains dalam dunia Islam mengalami kemunduran yang sangat
memprihatinkan setelah Imam Al-Ghazali memisahkan antara ilmu agama
sebagai ilmu wajib dan ilmu-ilmu umum sebagai ilmu sunnah. Dengan
demikian masyarakat islam lebih mengejar ilmu agama yang berfisat wajib
tadi ketimbang ilmu-ilmu umum, inilah yang menjadi titik balik
kemunduran umat islam. Demikian pula berkembangnya tasawuf telah
memalingkan umat islam pada kesalehan individu dengan meninggalkan
persoalan keduniawian. Dikotomi Antara agama dan ilmu sangat terasa di
Indonesia yaitu dengan adanya dua Departemen yang masinyang
masing-masing membawahi dunia pendidikan yaitu Departemen Agama dan
Departemen Pendidikan Nasional, yang masing masing memiliki corak
pendidikan yang berbeda misalnya ditingkat dasar terdapat Madrasah
Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Desar (SD) sampai pada tingkat Perguruan
Tinggi Terdapat IAIN dan STAIN yang memprioritaskan kajian-kajian agama
sedangkan Keilmuan umum dikembangkan diperguruan Tinggi Umum.
Perkembangan sains dalam dunia islam menuju dua arah yaitu ke Barat
dengan di bawa oleh Ibnu Rusyd dengan rasionalismenya dan bergerak ke
Timur dengan dibawa oleh Imam Al-Ghazali dengan tasawufnya. Pengaruh
dibarat sangat pesat sehingga mampu membuka rahasia-rahasia alam
semesta, namun sangat disayangkan karena dalam perkembangannya sains
telah meninggalkan agama bahkan ingin menggantikan padangan agama dengan
pandangan sains. Begitu juga di Timur pengaruh tasawuf Al-Ghazali
sangat kuat karena seiring dengan pandangan bangsa Timur. Sekalipun
keduanya sama-sama berkembang dengan pesat tetapi membawa corak yang
berbeda, di barat lebih menekankan pada pembacaan alam semesta (konteks)
yang memungkinkan ilmu-ilmu empiris berkembang, sedangkan di timur
lebih menekankan pada pembacaan teks yang memungkinkan untuk
berkembangnya ilmu-ilmu spiritual/agama. Tetapi pemahaman teks yang
berbeda juga berakibat konflik sosial keagamaan dan tidak berkembangnya
sains modern. Dengan mandulnya perkembangan sains modern saat ini di
dunia islam sekan menghapus peradapan islam masa lalu sebagai peletak
pondasi sains saat ini. Dunia islam seakan tertinggal dalam bidang sains
modern, dengan ketidakmampuan masyarakat muslim untuk melahirkan sains
modern saat ini.
Tetapi kenyataan yang tidak boleh terlupakan oleh dunia Barat yaitu
sains barat sebenarnya adalah sains islam yang dikirim kembali ke dunia
islam, aneh memang terasa, tapi kenyataan seperti itu. Banyak teori
teori sekarang yang pencetusnya adalah orang barat, walaupun dimasa lalu
barat bukan apa-apa jika dibandingkan dengan dunia islam, namun
sekarang terbalik.
Bukti apabila dunia islam sangat berperan dalam perkembangan sains barat adalah pernyataan Peter Davies: “ peradapan
Arab telah memberi kontribusi yang mendalam kepada peradapan Eropa, dan
kenyataan ini dengan amat jelas dicerminkan dalam banyak kata-kata
penting yang dipinjam dari bahasa Arab. Kebanyakan tidak datang langsung
ke bahasa inggris tetapi dipinjam melalui bahasa Turki, Itali, Spayol
dan Perancis”.
Perkembangan sains barat sudah sangat jauh dari sentuhan agama, para
kreatornya telah menafikan Tuhan dalam penciptaan Alam semesta (baca di
pemberontakan pada Tuhan Pencipta Alam Semesta) ini sangatlah
bertentangan dengan Kitab Suci, Al-Qur’an dengan ayat-ayatnya
mengharapkan agar manusia merenungkan Alam semesta untuk mengenal
kekuasaan Tuhan. Walaupun Al-Qur’an bukanlah Kitab Sains, setidaknya
informasi tentang Alam Semesta tersirat didalamnya, ini karena Al-Qur’an
adalah petunjuk bagi manusia, pentunjuk untuk apa? Untuk apa saja,
karena Al-Qur’an adalah Kitab yang sempurna.
Sekalipun Sains modern sekarang sedang menuju “DEISME”. Namun kita
sebagai orang islam mestinya juga menggeluti bidang sains modern tanpa
bimbang dan ragu-ragu lagi, apa lagi takut masuk neraka hanya karena
belajar sains modern, kita harus kembali membawa pandangan sains yang
telah tersesat kedalam pandangan agama, agar sains juga menuntun manusia
untuk mengenal Tuhan, karena pada hakekatnya seluruh ciptaan telah
tunduk pada kehendakNya, dalam surat Al-Rum ayat 26, Tuhan berfirman
yang artinya : “ Dan kepunyaan-Nyalah siapa saja yang ada dilangit dan di bumi semua hanya kepadaNya tunduk”.
“Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu,
berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan
member I kelapangan untukmu. Dan bila dikatakan berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. Al-Mujadilah : 11)
Tanpa sains,kita tidak akan mampu mengelola sumber daya alam yang
umumnya sangat melimpah di negeri-negri muslim. Tanpa sains kita akan
bergantung pada Negara lain yang akhirnya kita akan di dekte dan
dipermainkan dan menjadi bangsa konsumen, yang akhirnya menjadi bangsa
buruh.
Sumber : https://kaisnet.wordpress.com/2011/01/20/peran-islam-dalam-perkembangan-sains/#more-371
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar