Liputan6.com, Texas - Sejak dulu, kala manusia
mendongakkan kepalanya ke langit malam dan menatap rembulan, pertanyaan
besar terbesit: apakah ada makhluk yang menghuni Bulan?
Akibat
efek pareidolia -- fenomena psikologis yang cenderung mengenali bentuk
akrab dalam gambar acak atau samar -- kita seakan melihat bayangan nenek
atau kelinci. Orang Tiongkok berpendapat, hewan bertelinga panjang itu
sedang menumbuk, membuat ramuan keabadian bagi Dewi Bulan atau Chang'e. Versi Jepang beda lagi, kelinci itu sedang membuat mochi.
Namun,
saat kali pertama menginjakkan kaki di Bulan pada 21 Juli 1969, manusia
memastikan, satelit bumi itu tak layak ditinggali dan tak ada satupun
makhluk hidup yang tahan di sana. Kering kerontang, temperatur yang
ekstrem, juga paparan radiasi yang luar biasa.
Tapi, bukan berarti kita sama sekali tak bisa tinggal di Bulan.
Selagi manusia mencari teknologi tempat tinggal yang bisa melindungi
manusia di luar Bumi, Bulan sejatinya telah menyediakan alternatif.
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengungkap, satelit bumi dipenuhi tabung lava (lava tubes) besar yang terbentuk dari aliran lava gunung berapi.
Teori
terbaru menyebut, kolom bawah tanah tersebut cukup besar dan stabil
untuk menopang struktur kota yang didirikan para koloni di masa depan.
Dengan kata lain, manusia bisa membangun pemukiman bahkan kota di bawah
tanah Bulan.
Data dari misi Gravity Recovery And Interior Laboratory (GRAIL) NASA
menyebut, tabung lava di Bulan bisa mencapai ukuran diameter lebih dari
1 kilometer. Kolom tersebut bisa mendukung eksplorasi jangka panjang
yang dilakukan manusia. Untuk dijadikan tempat perlindungan dari radiasi
kosmik, gempuran meteorit, dan peralihan suhu udara ekstrem dari siang
dan malam.
Peneliti dari Purdue University mempresentasikan hasil penelitian mereka berdasarkan data dari NASA dalam ajang Lunar and Planetary Science Conference yang digelar 16-20 Maret 2015.
Ahli
atmosfer dan ilmu planet Purdue University Jay Melosh mengatakan,
pinggiran lava mendingin saat cairan panas itu menerjang dan membentuk
saluran mirip pipa.
Saat erupsi dan aliran lava berhenti, yang
tertinggal adalah rongga terowongan."Ada sejumlah diskusi untuk membahas
apakah tabung lava benar ada di Bulan," kata dia, seperti dikutip dari
situs sains Space.com, Kamis (2/4/2015).
"Sejumlah
bukti, seperti lembah panjang dan sempit yang terpantau dari permukaan,
menunjukkan jika ada tabung lava di Bulan maka ukurannya pasti sangat
besar."
Sementara itu, David Blair, mahasiswa pascasarjana dari Fakultas
Ilmu Bumi, Atmosfer, dan Planet, memimpin studi yang menelaah apakah
tabung lava kosong yang lebarnya lebih dari 1 kilometer tersebut
memiliki struktur yang stabil di Bulan.
Tim menemukan, jika
tabung lava tersebut memiliki lengkungan yang kuat, maka akan stabil
pada ukuran lebar sampai dengan 5.000 meter.
"Hal demikian tak
akan mungkin terjadi di Bumi. Namun, gravitasi di Bulan jauh lebih
rendah, dan batuan di sana tak harus menahan pelapukan dan erosi seperti
di planet manusia," kata Blair.
"Teorinya, tabung lava raksasa -- yang cukup besar untuk menopang sebuah kota, mungkin ada di Bulan.
Blair
dan timnya menemukan bahwa stabilitas tabung lava di Bulan tergantung
pada lebar, ketebalan struktur atap, dan kondisi tekanan lava yang
mendingin. Mereka lalu membuat sejumlah permodelan berdasarkan sejumlah
variabel.
Para peneliti juga membuat model tabung dengan dinding
lava yang terdiri dari satu lapisan tebal, juga yang dindingnya terdiri
dari banyak lapisan tipis.
Studi juga menemukan, batuan di Bulan dan lingkungan di sana cocok
untuk penerapan teknik sipil yang biasa digunakan untuk merancang
terowongan di Bumi.
Blair menambahkan, studi selanjutnya menargetkan gambaran yang lebih
akurat tentang kemungkinan ukuran maksimum dari tabung lava di Bulan.
Sumber : http://news.liputan6.com/read/2206454/manusia-bisa-bangun-kota-bawah-tanah-di-bulan
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar