Melihat permasalahan kelangkaan energi
listrik tersebut seorang anak bangsa bernama Zamrisyaf asal Desa
Sitalang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat berusaha memanfaatkan sumber
daya yang banyak tersedia di alam untuk memproduksi listrik. Dirinya
menciptakan pembangkit listrik tenaga gelombang, dengan sistem bandulan
(PLTG-SB) yang mampu menghasilkan daya hingga 2.000 watt.
Pembangkit listrik yang diciptakan pria
yang mengaku hanya lulusan Sekolah Teknik Menengah (sekarang SMK) ini
berupa perahu ponton dengan panjang 4,8 meter, lebar 3 meter dan tinggi 3
meter berbentuk segitiga terbalik dengan berat sekitar 13 ton. Sumber
energi listrik berasal dari bandul yang dipasang horizontal menggunakan
sumbu di atas ponton yang akan berayun ketika ponton digoncang
gelombang. Energi yang dihasilkan dari putaran bandul yang memiliki
lengan dengan panjang 1,7 meter itu disalurkan pada sebuah dinamo.
Untuk mengoperasikan alat tersebut cukup
membawanya ke laut dengan jarak sekitar 100 meter dari pantai dan
sebagai penahan agar ponton tidak hanyut digunakan jangkar. Selama masih
ada gelombang, ponton akan terombang ambing, maka bandul terus berputar
menghasilkan energi untuk disalurkan dan diubah menjadi listrik.
“Tak sedikit yang mencemooh bahkan
sampai mengatakan apa yang saya lakukan adalah pekerjaan gila,” katanya,
saat pertama kali mengetes alat itu di kawasan pantai Pasia Nan Tigo
Kecamatan Koto Tangah, Padang.
Inovasi penemuan pria kelahiran 19
September 1958 itu diklaim sangat ramah lingkungan dan murah, sebab
menurutnya, gelombang laut tersedia sepanjang waktu dan tidak terkendala
waktu 12 jam seperti pembangkit listrik panel solar yang bergantung
pada matahari.
Kota Padang, Sumatera Barat yang menurut
perhitungan mengalami kekurangan listrik sebesar 30 megawat akan dapat
terselesaikan bila Zamrisyaf mampu membuat PLTG-SB ini sebanyak 100
unit. Unit sebanyak itu menurutnya akan bisa menghasilkan 20 megawatt
listrik yang akan mampu membantu PLN mengatasi krisis listrik.
Dirinya juga mengaku berencana
mengembangkan alat ini untuk dipasang di kapal nelayan sehingga tersedia
sumber energi listrik yang lebih murah daripada diesel.
“Listrik yang ada di kapal dapat dimanfaatkan untuk mendinginkan ikan sehingga hasil tangkapan tetap segar,” jelasnya.
Zamrisyaf yang juga pernah mendapatkan
penghargaan Kalpataru di tahun 1983 ini mengaku prihatin dengan
Indonesia yang tidak mampu memanfaatkan potensi energi alternatif yang
ada, namun dirinya optimis generasi muda dapat mengatasinya bila mau
melihat lingkungan sekitar. Sikap optimis memang akan membantu kita
dalam halangan saat berkreasi dan berinovasi.
0 komentar:
Posting Komentar